LAPORAN AKSI NYATA MODUL 1.1
PENERAPAN KONSEP
"MENUNTUN"
BERDASARKAN PEMIKIRAN
KI HADJAR DEWANTARA
Oleh: Ana Murwati
A. Latar Belakang
Pendidikan sistem among merupakan gagasan Ki Hadjar Dewantara yang sesuai dan masih relevan dengan kondisi Indonesia saat ini, karena metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada pola asih, asah dan asuh (care and dedication based on love). Pendidikan sistem Among bersendikan pada dua hal yaitu: kodrat alam sebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai kemajuan dengan secepat-cepatnya, dan kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin anak hingga dapat hidup mandiri. Sistem Among juga berkaitan dengan asas: Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa, dan Tut wuri handayani.
Beberapa sekolah masih mengunakan perintah dan hukuman untuk mencapai ketertiban, hal tersebut dikarenakan Pendidik di sekolah hanya berfokus untuk mentransfer ilmu pengetahuan saja. Proses pembelajaran yang sebenarnya sesuai dengan tujuan Pendidikan nasional adalah mengacu pada karakter dan pembangunan bangsa. SMA Taruna Nusantara merupakan salah satu sekolah yang menerapkan Sistem Among dalam proses Pendidikan dan Pengajaran. Sistem Among adalah konsep dari Ki Hadjar Dewantara, dimana seorang guru tidak hanya bertanggungjawab dalam mentransfer ilmu akan tetapi juga bertanggungjawab dalam membangun karakter siswa-siswanya dengan cara saling asah, asih dan asuh.
Guru di SMA TN disebut sebagai Pamong Pengajar Pengasuh (P3), dan karyawan disebut sebagai Pamong Administrasi (PA). Pendidikan karakter merupakan ciri khas pendidikan di SMA Taruna Nusantara selain prestasi siswa. Dengan sistem Pendidikan di SMA Taruna Nusantara yang berasrama, maka pembentukan karakter siswa menjadi tanggungjawab pamong sepenuhnya.
Pada tugas Aksi Nyata untuk Modul 1.1 Penerapan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara di kelas dan sekolah, guru mencoba untuk melakukan perubahan agar dapat berpikir positif dalam menghadapi perilaku siswa. Hal ini sangat penting karena merupakan bagian dari Pendidikan Karakter, yaitu bertanggung jawab dalam membentuk kedisiplinan siswa. Selain menuntun siswa belajar tentang ilmu pengetahuan, juga menuntun mereka agar dapat memiliki kepribadian yang baik dan perilaku positif sehingga dapat membangun karakter yang baik.
B. Deskripsi Aksi Nyata
Perubahan yang telah dilakukan oleh guru adalah saat menangani siswa yang tidak tertib karena terlambat masuk kelas. Sebelum mempelajari modul 1.1, guru akan bertanya kepada siswa, kenapa terlambat?, dan siswa akan mendapatkan perlakuan yang sama, yaitu diminta ke pamong piket untuk mendapatkan surat terlambat masuk kelas serta mendapatkan hukuman fisik seperti push up atau yang lain. Setelah mendapatkan surat tersebut, siswa yang bersangkutan boleh mengikuti pelajaran, dan selesai. Di hari berikutnya sering terulang lagi kejadian seperti itu pada siswa yang sama atau siswa yang berbeda, yang artinya hukuman yang sudah diberikan tidak berpengaruh banyak terhadap perilaku siswa kedepannya. Hal ini berlaku secara berulang sampai akhirnya guru mempelajari modul 1,1. Perubahan yang terjadi dalam mengatasi masalah tersebut adalah guru akan mengijinkan siswa tersebut masuk kelas dan mengikuti pelajaran seperti biasa. Setelah pelajaran selesai, guru mengajak siswa untuk berdiskusi tentang alasan mengapa terlambat. Dari diskusi tersebut, guru dapat menggali informasi tentang masalah siswa. Guru juga dapat membantu siswa merefleksikan kejadian tersebut agar kedepan tidak terjadi lagi.
Perubahan lain di kelas Biologi adalah merencanakan proses pembelajaran yang merangsang siswa untuk membuat ide-ide baru yang sesuai dengan kemampuan mereka. Tujuannya agar proses pembelajaran menjadi lebih menarik, menyenangkan dan nyaman, sehingga siswa dapat menemukan kosepnya. Pada materi Pewarisan Sifat, siswa biasanya sangat sulit untuk memahami tentang materi penurunan dua sifat beda (dihibrid). Kelas dibuat menjadi beberapa kelompok agar siswa dapat berdiskusi dan saling membantu. Setiap kelompok diberi kebebasan menuangkan ide mereka tentang salah satu sifat organisme (hewan atau tumbuhan) yang mereka inginkan, lalu dibuat peta persilangannya dengan membuat bentuk pada kertas yang berbeda warna, kemudian akan dipresentasikan di depan kelas. Pada proses diskusi, guru juga berkeliling ke kelompok-kelompok untuk membantu siswa yang bertanya atau kurang jelas.
C. Hasil Aksi Nyata
Berdasarkan hasil diskusi tentang pelanggaran terlambat masuk kelas, guru mengetahui bahwa ada kepentingan siswa yang harus dilakukan sebelum masuk kelas yaitu periksa di Poliklinik karena kondisinya kurang sehat. Sementara keadaan di poliklinik yang ramai saat istirahat, mengakibatkan antrian panjang sehingga membutuhkan waktu lebih dari 15 menit (jam istirahat). Dari kejadian ini saya merasa bahwa tidak setiap kesalahan yang dilakukan oleh siswa disengaja, pasti ada faktor lain. Dengan mengajak siswa berdiskusi, mereka juga merasa lebih dihargai ketika dapat menjelaskan alasan melakukan kesalahan, sehingga guru bisa tidak sepenuhnya menyalahkan siswa dan memberi hukuman.
Pada proses pembelajaran materi Pewarisan Sifat, dengan membuat peta persilangan dua sifat beda (dihibrid) dengan membedakan bentuk dan warna ternyata dapat membantu siswa memahami konsep. Dalam kelompok tersebut siswa berdiskusi tentang tema sifat yang mereka inginkan dan saling membantu membuat peta pewarisan sifat di kertas besar, serta bekerjasama mempresentasikan di depan kelas. Guru melihat siswa lebih antusias dengan model pembelajaran tersebut. Tanggapan siswa adalah mereka bisa lebih memahami materi dan pelajaran terasa menyenangkan.
D. Refleksi Aksi Nyata
Dari perubahan yang sudah dilakukan, guru memahami bahwa setiap siswa bisa mempunyai kebutuhan dan keinginanyang berbeda. Terutama dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi anak remaja (SMA), guru tidak dapat menyelesaikan dengan cara yang sama. Mereka bukan lagi anak kecil yang harus selalu patuh dengan peraturan. Mereka selalu mempunyai alasan atas tindakan mereka, baik tindakan tersebut salah atau benar. Oleh karena itu, guru sebagai orang yang bertanggung jawab dalam proses pembentukan karakter siswa di sekolah juga harus mempunyai kemampuan bagaimana menghadapi siswa yang emosi, menuntun mereka untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan baik bukan memaksa, sehingga terbentuk karakter yang baik.
Pada proses pembelajaran di kelas, memberi kebebasan siswa untuk menemukan konsep materi dengan diskusi kelompok membuat siswa lebih tertarik dan antusias dalam mengikuti pelajaran. Siswa tidak dipaksa duduk diam dan mendengarkan guru yang ceramah untuk menyampaikan materi, itu akan membuat siswa bosan dan akhirnya mengantuk. Cara menuntun siswa dalam belajar dengan memberi kekebasan ide dapat membuat siswa menjadi lebih kreatif, dilihat dari gambar peta pewarisan dua sifat beda (dihibrid) yang mereka buat. Presentasi juga dapat melatih siswa untuk mandiri dan berani tampil di depan umum.
E. Kesimpulan
Konsep “menuntun” dalam filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara tidak hanya diterapkan untuk membimbing siswa dalam proses pembelajaran untuk mentransfer ilmu, yang tak kalah penting adalah menuntun untuk membimbing mereka melakukan kebiasaan-kebiasaan baik dalam rangka pembentukan karakter. Dalam menuntun anak dalam memahami materi pelajaran dan pembentukan karakter harus sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya, juga mempertimbangkan usia mereka.
F. Rencana Tindak Lanjut
Rencana tindak lanjut dari aksi nyata tersebut adalah:
- Penerapan manajemen mengatasi masalah/pelanggaran lain pada usia remaja (SMA) harus selalu mempertimbangkan pendapat anak, agar guru bisa membimbing mereka untuk menemukan kebaikannya.
- Menciptakan ide-ide kreatif pada materi yang lain dan membuat skenario pembelajaran yang memberikan kebebasan siswa untuk mengeksplorasikan kemampuan mereka dan guru menuntun siswa menemukan sendiri konsepnya, sehingga pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan.
Komentar
Posting Komentar