LAPORAN AKSI NYATA MODUL 1.4


SOSIALISASI DAN IMPLEMENTASI 
BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH

Oleh: Ana Murwati


A. LATAR BELAKANG

Guru sebagai pendidik mempunyai peran penting dalam menciptakan budaya positif di sekolah. Guru lebih sering berinteraksi dengan siswa, sehingga dalam penerapan budaya positif tersebut, peran guru menjadi sangat dibutuhkan. Budaya positif akan muncul dari pembiasaan baik yang dilakukan  secara teratur dan disiplin. Dalam pelaksanaan disiplin positif seharusnya motivasi muncul dari dalam diri masing-masing (internal), untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Jika motivasi perilaku disiplin karena faktor lain, seperti untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, bahkan motivasi untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain, maka sikap disiplin tidak akan bertahan lama. Adanya motivasi intrinsik dalam diri mereka, membuat siswa melakukan disiplin dengan jiwa yang merdeka, bukan karena paksaan orang lain. Hal tersebut dapat membuat siswa merasa lebih nyaman di sekolah. Sekolah dapat menjadi rumah yang sangat bermakna bagi perkembangan murid. Seperti halnya konsep disiplin dari Ki Hadjar Dewantara yang menyatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan dalam konteks pendidikan kita saat ini, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat, yang memiliki motivasi internal. Jika kita tidak memiliki motivasi internal, maka kita memerlukan pihak lain untuk mendisiplinkan kita.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk membangun motivasi internal dalam kedisiplinan adalah dengan membuat keyakinan kelas. Keyakinan adalah nilai-nilai kebajikan atau prinsip-prinsip universal yang disepakati bersama secara universal, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama. Menurut Gossen (1998), suatu keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam, atau memotivasi secara intrinsik. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan. Murid-murid pun perlu mendengarkan dan mendalami tentang suatu keyakinan, daripada hanya mendengarkan peraturan-peraturan yang mengatur mereka harus berlaku begini atau begitu.

Budaya positif yang ada di sekolah menjadi tanggung jawab bersama, sehingga harus dilakukan oleh semua komponen sekolah, bukan hanya siswa. Kepala sekolah, Pengurus, Guru, dan karyawan harus bersinergi untuk mewujudkan budaya positif tersebut, karena mereka juga menjadi teladan bagi siswa sesuai dengan filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara yaitu Ing ngarso sung tulodho. Peran guru sebagai pemimpin pembelajaran harus bisa menjadikan setiap kegiatan dalam proses pembelajaran merujuk pada pembiasaan baik yang dilakukan di sekolah. Oleh karena itu sosialisasi terhadap pemahaman program guru penggerak yang meliputi: Modul 1.1 Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara, Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak, Modul 1.3 Visi Guru Penggerak, dan Modul 1.4 Budaya Positif perlu dilakukan kepada rekan-rekan guru di sekolah maupun di lingkungan yang lebih luas. Sosialisasi diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada rekan guru dalam mewujudkan Merdeka Belajar dan memberikan gambaran langkah-langkah apa yang harus dilakukan.

 

B. DESKRIPSI AKSI NYATA

Aksi nyata dilakukan mulai dengan membuat keyaninan kelas, kemudian menerapkan praktik segitiga restitusi selama proses pembelajaran, dan terakhir adalah mensosialisasikan pemahaman kepada rekan-rekan guru. Pembuatan keyakinan kelas dilakukan secara berkelompok. Masing-masing kelompok diberi kertas besar untuk menempelkan usulan setiap siswa yang ditulis di kertas kecil. Kemudian masing-masing kelompok akan menempelkan kertas besar hasil diskusi dan mempresentasikannya di depan kelas. Setelah semua kelompok selesai menyampaikan hasil diskusinya, guru menampung semua usulan kelompok, dan membimbing perumusan keyakinan kelas dalam kalimat yang lebih efektif. Poin-poin keyakinan kelas yang sudah disepakati kemudian dibacakan oleh ketua kelas dan didengarkan bersama.

Pada praktik pengontrolan disiplin siswa, guru menerapkan teori kontrol sebagai manager. Manajer adalah posisi mentor di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilahkan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Dengan posisi manajer, murid diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan orang lain. Guru berharap siswa menjadi manusia yang merdeka, mandiri dan bertanggung jawab. Untuk mewujudkan harapan tersebut, guru mengacu kepada Restitusi yang dapat menjadikan murid sebagai seorang manajer bagi dirinya sendiri. 

Restitusi adalah sebuah cara menanamkan disiplin positif pada murid, melalui proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain. Restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai.  Melalui restitusi, ketika murid berbuat salah, guru akan menanggapi dengan cara yang memungkinkan murid untuk membuat evaluasi internal tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka dan mendapatkan kembali harga dirinya. Ada peluang luar biasa bagi murid untuk bertumbuh ketika mereka melakukan kesalahan, karena pada hakikatnya mereka masih belajar. 

Implementasi segitiga restitusi dilakukan setelah terbentuk keyakinan kelas. Setidaknya ada 3 kasus siswa tidak disiplin saat pembelajaran. Kasus 1, saat pelajaran Biologi siswa seharusnya mengamati jamur dengan mikroskop, akan tetapi siswa Reno justru berjalan-jalan di kelas mendekati rak buku dan melihat-lihat beberapa buku. Kasus 2, siswa Paula masuk kelas terlambat karena setelah makan pagi pulang ke graha untuk mengambil buku yang tertinggal. Kasus 3, siswa Teddy tidak memakai kaos seragam sekolah. Pada ketiga kasus tersebut guru menanyakan kepada siswa dengan menerapkan 3 langkah pada segituga restitusi, yaitu menstabilkan identitas, memvalidasi Tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan.

Sosialisasi modul 1.1 Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara, modul 1.2 Nilai dan peran guru penggerak, modul 1.3 Visi guru penggerak dilakukan kepada rekan guru di SMA Taruna Nusantara Magelang pada tanggal 6 Desember 2021. Selain sosialisasi tentang pemahaman materi di modul-modul tersebut juga menyampaikan aksi nyata yang sudah dilakukan selama guru mengikuti Pendidikan calon guru penggerak. Sementara sosialisasi modul 1.4 Budaya positif dilakukan kepada rekan guru biologi di MGMP Kabupaten Magelang pada tanggal 31 Januari 2022. Dalam berbagi materi tentang budaya positif ini guru menyampaikan pemahaman materi meliputi: perubahan paradigma belajar, disiplin positif, 3 motivasi perilaku manusia, 5 kebutuhan dasar manusia, 5 posisi guru mengontrol murid, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Guru juga menyampaikan praktik penerapan  membuat keyakinan kelas dan mengontrol disiplin positif siswa dengan segitiga restitusi.

  

C. HASIL AKSI NYATA

      Keyakinan kelas yang disepakati bersama untuk kelas X MIPA 1  ada 4 poin, yaitu: Hormat kepada pamong, Menjunjung tinggi kejujuran, Kebersihan kelas menjadi tanggung jawab bersama, Saling peduli dan membantu antar teman. Dengan adanya keyakinan kelas tersebut, saat guru menemukan siswa tidak disiplin atau melakukan pelanggaran, guru dapat mengingatkan kembali kepada keyakinan mereka. Hal ini dapat melatih siswa untuk melakukan disiplin positif dengan motivasi dari dalam dirinya sendiri karena mereka ingin menjadi seperti orang yang diinginkan, bukan motivasi menghindari hukuman atau ingin mendapatkan pujian dari orang lain.

    Berdasarkan segitiga restitusi yang sudah diterapkan, guru merasakan dapat memberikan kenyamanan pada siswa. Berdasarkan tanggapan siswa, mereka merasa dihargai karena guru menanyakan terlebih dahulu alasan melakukan kesalahan (memvalidasi tindakan yang salah). Mereka juga tidak disalahkan sepenuhnya, karena guru memahami dengan apa yang mereka lakukan, yaitu untuk menghindari ketidakpatuhan pada hal lain (menstabilkan identitas). Contohnya: saat siswa berjalan-jalan dikelas untuk menghindari agar tidak tidur dikelas karena mengantuk, kalo siswa tidur di kelas berarti dia tidak menghormati pamong yang sedang mengajar. Berikutnya guru akan menanyakan apa yang sudah mereka yakini (menanyakan keyakinan). Dari keyakinan yang disebutkan, guru dapat membimbing siswa untuk menemukan sendiri solusi atas permasalahannya sendiri.

     Sosiasilsai sudah dilakukan di SMA Taruna Nusantara Magelang pada tanggal 6 Desember 2021 untuk Modul 1.1 Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara, Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak, dan Modul 1.3 Visi Guru Penggerak. Sosialisasi tersebut dimaksudkan untuk memberi gambaran tentang program guru penggerak dan mengajak rekan-rekan guru agar mulai melakukan perubahan menjadi pendidik yang dapat menuntun siswa untuk mandiri dan belajar sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Salah satu perubahan yang sudah terjadi adalah saat CGP sebagai guru Biologi mengajak pamong Bahasa Inggris untuk berkolaborasi dalam ujian praktik kelas XII dapat terlaksana. Tugas terproyek ujian praktik kelas XII dengan tema “Bioteknologi Konvensional”, dimana mata pelajaran Biologi akan menilai kerja siswa saat menerapkan prinsip-prinsip bioteknologi dalam pembuatan produk barang/jasa dan mata pelajaran Bahasa Inggris menilai prosedur teks saat membuat produk tersebut. Kolaboratif merupakan salah satu nilai dari guru penggerak, disamping empat nilai yang lain (Mandiri, Reflektif, Inovatif, dan berpihak pada murid). Untuk sosialisasi Modul 1.4  Budaya positif di MGMP Biologi Kabupaten Magelang pada tanggal 31 Januari 2022 adalah CGP dapat mengajak rekan-rekan guru di Kabupaten Magelang untuk menerapkan segitiga restitusi dalam mengontrol disiplin siswa. Semoga dengan sedikit pengalaman implementasi yang sudah disampaikan CGP dapat menginspirasi mereka untuk melakukan perubahan di sekolah masing-masing.

 

D. REFLEKSI AKSI NYATA

      Dengan adanya keyakinan kelas yang dibuat atas kesadaran dan kesepakatan bersama dapat lebih memotivasi siswa untuk melakukan disiplin positif atas kemauannya sendiri (motivasi internal). Guru juga lebih mudah menerapkan segitiga restitusi dalam mengontrol disiplin siswa. Perasaan guru menjadi tenang ketika menegur siswa yang tidak disiplin, kemudian dengan menanyakan tentang keyakinan kelas yang sudah dipercayai membimbing siswa untuk menemukan sendiri solusi atas permasalahannya, sehingga dapat memperbaiki kedepannya. Siswa juga merasa lebih nyaman, saat guru menegur dengan menanyakan dahulu alasannya dan tidak menyalahkan sepenuhnya atas tindakan siswa untuk menstabilkan identitasnya.  Agar penerapan budaya positif di sekolah berjalan kontinyu dan konsisten, perlu kerjasama yang baik antara guru dan siswa, serta semua komponen sekolah.

    Sosialisasi juga membuat guru merasa puas karena dapat membagikan ilmu yang didapat selama mengikuti program Pendidikan guru penggerak, serta dapat memberikan contoh implementasi penerapan budaya positif yang sudah dilakukan. Harapannya adalah kegiatan ini dapat merangsang rekan-rekan guru yang lain untuk turut melakukan dan menerapkan budaya positif di sekolah masing-masing.

 

E. KESIMPULAN

    Keyakinan kelas sangat diperlukan agar guru dapat mengingatkan siswa terhadap nilai-nilai baik yang sudah mereka yakini, dengan demikian guru akan lebih mudah untuk menumbuhkan motivasi intrinsik siswa dalam melakukan disiplin positif. Pengontrolon disiplin positif oleh guru dengan metode segitiga restitusi juga efektif untuk membangun motivasi diri siswa. Selain itu dalam segitiga restitusi ini guru dapat membimbing siswa dalam menemukan solusi-solusi permasalahannya dan untuk perbaikan kedepannya agar menjadi orang yang mereka inginkan. Sosialisasi budaya positif dan implementasi budaya positif yang dilakukan CGP dapat membantu rekan guru untuk melakukan perubahan menjadi pendidik yang lebih kolaboratif dan inovatif, serta berpihak pada murid.

 

F. RENCANA TINDAK LANJUT

Rencana tindak lanjut dari aksi nyata tersebut adalah:

  1. Pembuatan keyakinan kelas sebaiknya dilakukan oleh wali kelas dan hasilnya ditempel di kelas masing-masing, agar diketahui oleh semua guru yang mengajar. Dengan demikian perlu kerjasama dengan para wali kelas agar ide tersebut dapat terlaksana.
  2. Pengontrolan disiplin positif siswa dengan segitiga restitusi perlu adalanya kerjasama dengan guru BK (Bimbingan Konseling) agar dapat diterapkan pada lingkup yang lebih luas. Dengan demikian untuk menumbuhkan motivasi intrinsik siswa dalam melaksanakan disiplin positif menjadi tanggung jawab bersama.
  3. Setelah dilakukan sosialisasi budaya positif dan implementasinya, perlu dilakukan sesi diskusi bersama untuk merencanakan perubahan yang akan dilakukan dan kolaborasi yang mungkin dapat dilakukan antar guru di sekolah.

 

Sumber:

  • Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
  • Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak
  • Modul 1.4 Budaya Positif


DOKUMENTASI KEGIATAN DAN DESKRIPSI















 

Komentar

  1. Luar biasa... Ide cemerlang dari Bu Ana patut kita teladani, sukses selalu Bu Ana....

    BalasHapus
  2. Mantap betul Bu Ana. Sangat menginspirasi👍👍👍

    BalasHapus
  3. Sangat menginspirasi. Ditunggu aksi aksi nyata berikutnya. Semangat berkarya👍👍👍💪💪💪

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini